Praktikum di Lapssustik Banceuy Bandung

A. Model /Teknik Asesmen

Asesmen merupakan suatu proses yang terjadi diantara pekerja sosial dan klien yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang akan dianalisa dan disintesiskan kedalam formulasi multidimensi (Hepwort, Rooney&Larsen, 1997,p.194).

Assesmen merupakan proses yang kompleks pada inti proses pelayanan kebutuhan untuk mengembangkan pemahaman tentang klien. Untuk itu perlu diidentifikasi lebih jauh tentang kebutuhan atau masalah, informasi yang dibutuhkan untuk pemahaman lebih lanjut kebutuhan atau masalah dan menentukan makna kebutuhan atau masalah, serta mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang potensi/sumber/asset yang ada pada diri klien.

Pemilihan model asesmen yang tepat, efektif dan akurat sangat ditentukan oleh keadaan situasi kontek permasalahan yang dialami oleh klien di lembaga. Sehingga model asesmen yang praktikan dibuat dengan menggunakan asesmen prosedural dimana asesmen tersebut telah menggunakan format pengukuran yang sudah terstandar.

Model asesmen prosedural yang praktikan gunakan terhadap klien di Lembaga Pemasyarakatar Narkoba Banceuy Bandung ini adalah menggunakan Abuse Assessment Case History Format, diamana dalam format asesmen ini mencakup 10 (sepuluh) dimensi yang menjelaskan secara rinci tentang korban penyalahguna Narkoba.

Dimensi-dimensi yang tertera dalam format asesmen tersebut meliputi

1. Dimensi 1. Deskripsi klien, permasalahan dan kontek referal

2. Dimensi2. Riwayat tritmen

3. Dimensi3. Riwayat penggunaan Narkoba

4. Dimensi4. Riwayat medis

5. Dimensi5. Kebutuhan dasar

6. Dimensi6. Fungsi psikologis dan emosi

7. Dimensi 7. Susunan dan riwayat keluarga

8. Dimensi8. Konteks makro

9. Dimensi9. Motivasi

10. Dimensi10. Diagnosa

1. Persiapan sosial

a. Melakukan kontak pendahuluan dengan Lembaga

b. Menjalin relasi kerjasama baik kepada klien maupun pegawai,

c. Membuat kesepakatan kerjasama secara proporsional,

d. Menetapkan relasi / pihak-pihak yang terkait.

2. Menyusun instrumen atau alat pengumpula data yang akan mengungkapkan dan mengukur dimensi-dimensi :

3. Melakukan pengumpulan data dengan berpedoman pada alat ukur atau alat pengumpul data tersebut diatas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : wawancara, kuisioner, observasi dan studi dokumentasi.

4. Melakukan pengolahan data dan analisis data.

5. Menyusun dan menulis laporan assesmen kasus klien, dengan sistematika sebagai berikut :

a. Karakteristik

b. Latar belakang atau faktor penyebab klien

c. Aktivitas sehari-hari dalam lembaga

d. Deskripsi kasus / masalah klien

e. Dinamika sistem kepribadian klien atau informasi keberfunsian sosial klien,

f. Pelayanan-pelayanan sosial, bimbingan – bimbingan dan konsultasi-konsultasi yang diberikan oleh lembaga dalam program pemulihan / rehabilitasi.

g. Kesimpulan praktikan tentang akar, fokus atau hakikat masalah serta rencana atau langkah – langkah pemecahan kasus tersebut.

6. Menyelenggarakan dialog dan diskusi dengan klien dan pegawai lembaga terhadap hasil assesmen, dengan tujuan agar klien dapat melihat secara obyektif dan penuh kesadaran akan “potret dirinya”, serta menumbuhkan dorongan dan kemauan yang kuat pada diri klien dan pegawai untuk terlibat secara aktif dalam proses penyusunan rencana pemecahan kasus maupun pelaksanaan pemecahan masalah. Selain itu hasil konsultasi ini, boleh jadi akan menyempurnakan lagi laporan assesmen, karena adanya informasi baru baik dari klien maupun pegawai.

A. Model /Teknik Asesmen

Asesmen merupakan suatu proses yang terjadi diantara pekerja sosial dan klien yang bertujuan untuk memperoleh informasi yang akan dianalisa dan disintesiskan kedalam formulasi multidimensi (Hepwort, Rooney&Larsen, 1997,p.194).

Assesmen merupakan proses yang kompleks pada inti proses pelayanan kebutuhan untuk mengembangkan pemahaman tentang klien. Untuk itu perlu diidentifikasi lebih jauh tentang kebutuhan atau masalah, informasi yang dibutuhkan untuk pemahaman lebih lanjut kebutuhan atau masalah dan menentukan makna kebutuhan atau masalah, serta mengumpulkan dan menganalisis informasi tentang potensi/sumber/asset yang ada pada diri klien.

Pemilihan model asesmen yang tepat, efektif dan akurat sangat ditentukan oleh keadaan situasi kontek permasalahan yang dialami oleh klien di lembaga. Sehingga model asesmen yang praktikan dibuat dengan menggunakan asesmen prosedural dimana asesmen tersebut telah menggunakan format pengukuran yang sudah terstandar.

Model asesmen prosedural yang praktikan gunakan terhadap klien di Lembaga Pemasyarakatar Narkoba Banceuy Bandung ini adalah menggunakan Abuse Assessment Case History Format, diamana dalam format asesmen ini mencakup 10 (sepuluh) dimensi yang menjelaskan secara rinci tentang korban penyalahguna Narkoba.

Dimensi-dimensi yang tertera dalam format asesmen tersebut meliputi

1. Dimensi 1. Deskripsi klien, permasalahan dan kontek referal

2. Dimensi2. Riwayat tritmen

3. Dimensi3. Riwayat penggunaan Narkoba

4. Dimensi4. Riwayat medis

5. Dimensi5. Kebutuhan dasar

6. Dimensi6. Fungsi psikologis dan emosi

7. Dimensi 7. Susunan dan riwayat keluarga

8. Dimensi8. Konteks makro

9. Dimensi9. Motivasi

10. Dimensi10. Diagnosa

1. Persiapan sosial

a. Melakukan kontak pendahuluan dengan Lembaga

b. Menjalin relasi kerjasama baik kepada klien maupun pegawai,

c. Membuat kesepakatan kerjasama secara proporsional,

d. Menetapkan relasi / pihak-pihak yang terkait.

2. Menyusun instrumen atau alat pengumpula data yang akan mengungkapkan dan mengukur dimensi-dimensi :

3. Melakukan pengumpulan data dengan berpedoman pada alat ukur atau alat pengumpul data tersebut diatas. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah : wawancara, kuisioner, observasi dan studi dokumentasi.

4. Melakukan pengolahan data dan analisis data.

5. Menyusun dan menulis laporan assesmen kasus klien, dengan sistematika sebagai berikut :

a. Karakteristik

b. Latar belakang atau faktor penyebab klien

c. Aktivitas sehari-hari dalam lembaga

d. Deskripsi kasus / masalah klien

e. Dinamika sistem kepribadian klien atau informasi keberfunsian sosial klien,

f. Pelayanan-pelayanan sosial, bimbingan – bimbingan dan konsultasi-konsultasi yang diberikan oleh lembaga dalam program pemulihan / rehabilitasi.

g. Kesimpulan praktikan tentang akar, fokus atau hakikat masalah serta rencana atau langkah – langkah pemecahan kasus tersebut.

6. Menyelenggarakan dialog dan diskusi dengan klien dan pegawai lembaga terhadap hasil assesmen, dengan tujuan agar klien dapat melihat secara obyektif dan penuh kesadaran akan “potret dirinya”, serta menumbuhkan dorongan dan kemauan yang kuat pada diri klien dan pegawai untuk terlibat secara aktif dalam proses penyusunan rencana pemecahan kasus maupun pelaksanaan pemecahan masalah. Selain itu hasil konsultasi ini, boleh jadi akan menyempurnakan lagi laporan assesmen, karena adanya informasi baru baik dari klien maupun pegawai.

Leave a comment